Tim USAID Prioritas menyorot rendahnya penyerapan pembelajaran
matematika. Di antara pemicu rendahnya serapan itu adalah,
kinerja pembelajaran guru tidak efektif. Kolaborasi pengawas dan kepala sekolah
diperlukan untuk menggenjot kinerja guru. Koordinator Provinsi Sulawesi
Selatan USAID Prioritas Jamaruddin menjelaskan, rendahnya penyerapan materi
pembelajaran sejatinya tidak hanya pada matematika.
Tetapi juga di banyak mata
pelajaran lainnya. "Kompetensi dan kinerja guru diantara penyebabnya, "
katanya di Jakarta kemarin. Kondisi itu diperburuk dengan kinerja pengawas dan
kepala sekolah yang belum maksimal.Padahal keduanya seharusnya bisa melakukan
supervisi untuk meningkatkan kinerja guru.
Merujuk pada hasil uji kompetensi 2015 lalu,
rata-rata nasional nilai pengawas cuma 41,49 poin dan kepala sekolah hanya
45,92 poin. Kemudian nilai rata-rata guru 53 poin, jauh di bawah nilai maksimal
yakni 100 poin.
Meskipun begitu, Jamaruddin mengatakan tim USAID
Prioritas mendapatkan laporan inovasi yang dilakukan pengawas sekolah di Maros,
Sulawesi Selatan. Inovasinya adalah, seorang pengawasmengkoordinasi beberapa
kepala sekolah. Kemudian secara bersama-sama mereka mengawasi langsung kegiatan
belajar di kelas. "Hasilnya setelah dianalisa menunjukkan tren
positif," ungkap Jamaruddin. Pengawas sekolah dari Maros yang
berkolaborasi dengan USAID Prioritas
Nurcaya menuturkan, awalnya sang guru
merasa keberatan ketika langsung diawasi oleh pengawas dan beberapa kepala
sekolah. "Mungkin belum terbiasa," jelasnya. Apalagi saat melihat skor penilaian, ada guru
yang protes. Namun dia menegaskan nilai pengawasan itu bukan untuk vonis sanksi
atau hukuman.
Nurcaya mengatakan skor penilaian itu untuk peningkatan kualitas
pembelajaran berikutnya. Sehingga
pembelajaran terus mengalami peningkatan. Nurcaya mengakui bahwa pengawasan
kinerja guru oleh pengawas dan kepala sekolah harus digalakkan. Menurutnya jika
secara sendiri kepala sekolah tidak semangat mengawasi guru, bisa rame-rame 3-4
orang. Dengan melibatkan kepala sekolah terdekat. "Kemudian secara
bergantian mengawasi guru di sekolah lain," katanya.
Pemantauan secara keroyokan juga menurutnya lebih
objektif ketimbang satu orang kepala sekolah. Nurcaya berharap dinas pendidikan
di seluruh Indonesia ikut mengawasi kinerja pengawas dan kepala sekolah. Fungsi
mereka sebagai supervisi guruharus benar-benar berjalan. Sebagai pengawas, dia
tidak suka jika ada pengawas yang berkunjung ke sekolah sekedar mengugurkaan
kewajiban. Kemudian juga jika ada kepala sekolah yang menilai guru dari laporan
portofolio saja. "Kepala sekolah harus mengamati langsung ke
kelas-kelas," tandasnya.
Sumber: jpnn.com
0 Response to "GENJOT KINERJA GURU, AWASI LANGSUNG PEMBELAJARAN"
Post a Comment